Palinspatic Map

By : Frank Sinartio

Palinspastic map adalah map yang menunjukkan keadaan geology pada suatu saat di masa lalu, surface dan subsurface. Misalnya pada suatu saat (misal awal Pliostocene) bagaimana keadaan struktural dan stratigraphy dari permukaan bumi, juga bagimana keadaan struktural daan stratigraphy dari SB (sequence boundary) atau sandstone dst yang terendapkan pada jaman oligocene (yang lebih tua jadi ada di subsurface).

Secara geometry, horizon-horizon dibalikan ke keadaannya seperti sebelum terjadi fault. Demikian juga folding di luruskan lagi. Secara 2D sering dilakukan “flattening“, tetapi metode ini kelemahannya pada kondisi dimana terjadi strike slip fault atau reverse fault atau gabungan keduanya sering tidak bisa di restore kembali. Atau ada erosi pada “horizons” atau permukaan yang mau dipakai sebagai reference untuk flattening.

Secara 3D dilakukan dengan mengurangkan grid yang akan dipakai sebagai reference dengan grid yang mau dilihat keadaaannya pada saat waktu itu (contoh diatas: “grid oligocene” – “grid pliostocene”) kelemahannya sama dengan cara 2D diatas.

Dua hal lagi yang harus diperhatikan dalam 2D dan 3D “mathematical method” seperti yang saya paparkan diatas. yaitu (1) sering horizons yang kita mau jadikan reference itu tdk flat waktu di endapkan, dan sangat susah mendapatkan berapa derajat kemiringan nya waktu di endapkan. Walaupun hal ini bisa dibantu dengan cara mem-balance-kan secara kinematik (lihat apakah gambar geometry-nya stabil) komponen-komponen (endapan) sekitar permukaan/horizon ini.  (2) Di area dimana ada fault displacement yang besar, untuk normal fault, daerah tdk ada data (karena top horizon-nya tidak ada atau “faulted out“), jadi waktu dikurangkan maka daerah yang tidak ada datanya akan bertambah besar. Untuk reverse fault harus selalu memakai permukaan yang sama, apakah dua-duanya pakai footwall-nya atau dua-duanyanya pakai hanging wall-nya.

Untuk strike slip, pengurangan ini tdk cocok karena permukaan yang satu sudah tergeser secara lateral terhadap kedudukan permukaan yang lainnya. Cara yang paling baik adalah seperti cara yang dipakai oleh software “3D move” (ini yang paling mendekati, tetapi belum tepat). Fault block-nya di pindahkan balik secara keseluruhan dan folding-nya diluruskan. Hal yang paling senisitif dari hal ini adalah depth conversionnya. Kalau dikerjakan dalam time domain maka mungkin memindahkannya lebih gampang tetapi kalau mau dipindahkan ke depth domain akan susah.

Sebaliknya kalau sudah dalam depth domain, mungkin ada distorsi waktu depth conversion jadi agak susah waktu memindahkan fault blocknya, karena tidak akan “balance“. Balance maksudnya, balance secara volumetric.

Sekian dulu mudah-mudahan bermanfaat.

About Geofisika Unhas

Blog ini bukan blog resmi Program Studi Geofisika, Unhas. Blog ini dibangun sekadar untuk berbagi informasi sesama alumni dan mahasiswa Geofisika Unhas. Tulisan ataupun lowongan kerja yang dimasukkan bisa berasal dari mana saja. Any copy paste is allowed, as long as the source origin is mentioned.

Posted on July 11, 2008, in Seismic Interpretation and tagged , . Bookmark the permalink. 1 Comment.

  1. bagi adik2 y berminat membuat tugas akhir, kaya’x tulisan ttg percepatan tanah masih kurang. Ada peluang bagus bikin skripsi ttg PGA (peak ground accleration), palagi skarg BMG (khussnya Seismotek-) sudah mulai me”rapikan” data akselerografnya. Ditunggu na!!

Leave a comment